Halo sesamaku yang baik dan bijaksana,
Semoga kita semua
selalu sehat dalam perlindungan dan kasih Tuhan. Mari bersama mensyukuri berkat
kehidupan yang boleh kita rasakan hingga detik ini. Mari bersukacita karena kita
masih diperbolehkan memijak bumi dan menikmati segala yang ada di dalamnya.
Surat terbuka kedua
yang aku tulis ini secara khusus kutujukan kepada siapapun sesamaku yang mungkin
tidak terlalu menyukai binatang. Aku merasa terdesak menulis surat ini setelah
aku melihat beberapa manusia memperlakukan binatang dengan sesukanya sendiri,
tanpa hati nurani. Tak perlu kusebutkan secara gamblang perbuatan bagaimana,
kalian tentu sudah melihatnya di media masa, bahkan di depan mata kalian. Ketika
hal itu terjadi, bagaimanakah sikap kalian? Ada di pihak siapa kalian pada saat
itu? Pada pihak si pelaku atau di pihak korban (binatang)? Setiap aku melihat
ada orang yang memukul binatang, menendang kucing, dan lain-lainnya, rasanya
aku sedih, marah, dan menegur mereka dengan cara yang sopan.
Rasa tidak suka
terhadap sesuatu hal salah satunya binatang adalah hal yang wajar. Namun, menjadi
tidak wajar ketika rasa tidak suka itu ditunjukkan dengan menyakiti binatang
tersebut. Binatang tidak pernah menyakiti manusia. Mereka hanya menjalankan pola
hidupnya sebagai binatang yang butuh bertahan hidup dengan mencari makan sehingga
mereka mendatangi orang-orang yang sedang makan berharap mendapat sedikit
makanan. Binatang butuh berpindah ke suatu tempat dalam keadaan tertentu dengan
jalur yang sudah dirintis turun-menurun oleh generasi mereka sebelumnya
sehingga bisa jadi mereka melewati pemukiman warga karena mereka merasa itulah jalurnya.
Binarang menanggapi rangsangan sehingga ketika ada manusia yang mengambil dan
menyakiti mereka, secara otomatis mereka akan menyerang manusia.
Aku ingin kita
bersama menyadari bahwa yang diciptakan di dunia ini tak hanya manusia seorang
diri. Kita ada di antara tumbuhan dan binatang beraneka jenis. Tuhan terlebih
dahulu menciptakan tumbuhan dan binatang sebelum akhirnya menciptakan manusia
dengan harapan dapat menguasai bumi. Atas dasar itu, seharusnya kita bersama-sama
merawat bumi kita dengan sebaik-baiknya. Tuhan menciptakan manusia dengan
cinta, jadi sudah seharusnya kita juga menguasai bumi dengan cinta. Selalu ada
ganjaran bagi setiap perbuatan kita kepada siapapun, yang kita perbuat hari ini
akan ada akibatnya di hari kemudian.
Mari ktia juga mensyukuri
rahmat Tuhan sebagai makhluk yang diciptakan begitu sempurna. Sempurna karena memiliki akal dan budi. Jadi,
bisakah kita tetap menghargai keberadaan mereka meski kita tidak menyukainya? Bisakah
kita memanfaatkan anugerah Tuhan dengan memikirkan apakah perbuatan yang kita
lakukan baik atau buruk? Bisakah kita menjadi manusia yang bisa memposisikan
diri sebagai pelindung mereka?
Demikian surat ini kuakhiri.
Pertanyaan-pertanyaan yang ada di atas tak perlu dijawab di kolom komentar,
juga tak perlu mengirim pesan ke surel. Cukup melihat pada hati masing-masing.
Terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca surat ini. Semoga hati
kalian tergerak.
Jakarta, 24 Juli 2020
Salam hangat penuh
cinta,
Inisial Ro
Ih bener bangetttt, suka bingung sama orang gak punya hati nurani. :(((
BalasHapus